14 Mei 2009

Analisis Jurnal

Dealing more effectively with alternative conceptions in science
Carl J. Wenning, Physics Teacher Education Program, Illinois State University, Normal, IL 61790-4560
E-mail: wenning@phy.ilstu.edu

Journal of Physics Teacher Education Online, Vol. 5, No. 1 Summer 2008 Page 11 – 19, www.phy.ilstu.edu/jpteo

Dalam artikel ini Wenning mengemukakan keberadaan konsepsi alternatif (alternative conceptions) pada berbagai jenjang pendidikan siswa. Konsepsi alternative diartikan sebagai pemahaman yang dipegang oleh siswa yang bertentangan pemahaman umum yang diterima secara ilmiah oleh kebanyakan ilmuwan. Masalah konsepsi alternatif yang dibahas terutama masalah fisika mekanika Newtonian. Pembahasannya dimulai dari berbagai contoh konsepsi alternatif dalam mekanika. Misalkan percepatan sebuah benda yang jatuh tergantung pada massanya. Atau, tidak ada gaya gravitasi di ruang angkasa.
Wenning juga mendiskusikan asal mula konsepsi alternatif ini pada siswa. Menurutnya, sulit sekali menemukan asal-mulanya konsepsi alternatif ini. Hal-hal yang memungkinkan menjadi penyebab timbulnya konsepsi alternatif ini bisa berasal dari kesalahan pemahaman, miskomunikasi, misedukasi, bahkan bisa karena kesalahan penerapan prinsip-prinsip fisika yang telah terbangun dengan baik. Penyebab lainnya bisa berasal pernyataan-pernyataan salah yang dikenalnya melalui lingkungan, orangtua, teman, bahkan gurunya.
Wenning juga mengemukakan bagaimana sejarah perkembangan upaya-upaya untuk menanggulangi keberadaan konsepsi alternative ini. Beberapa model yang telah dikembangkan antara lain Conceptual Change Model dan Concept Exchange Model. Kedua model ini termasuk model yang paling awal dikembangkan.Kedua model ini mendapat kritik dari Hammer dan yang lain karena dianggap kurang memberdayakan siswa. Beberapa model pembelajaran yang lain yang dimaksudkan mengatasi konsepsi alternative ini antara lain learning cycles (Karplus, 1981), Conceptual change theory oleh Posner et al. (1982), bridging analogies (Clement, 1988; Perschard & Bitbol, 2008), microcomputer-based laboratory experiences (Thornton & Sokolof, 1990;Thornton, 1987), disequilibration techniques (Minstrell, 1989; Dykstra, Boyle, & Monarch, 1992), pendekatan inkuiri yang digabung dengan strategi substitusi konsep (Harrison et al., 1999), pengajaran metaconceptual untuk mempengaruhi aspek problematic tertentu dari perubahan konseptual (Wiser & Amin, 2001), dan a teaching model (Thomaz et al., 1995).
Secara umum pendekatan yang digunakan pada model-model di atas adalah dengan mengarahkan siswa untuk masuk pada konsepsi alternative mereka. Selanjutnya mereka dibenturkan dengan pengalaman baru yang benar dan bertentangan dengan keyakinan mereka. Pendekatan ini didasarkan pada perspektif pembelajaran Piagetian. Yang menjadi sentral dalam mengatasi konsepsi alternative ini adalah peranan siswa dalam mengorganisasi pengetahuannya.
Pendekatan ini secara umum terdiri atas 3 fase: dapatkan, benturkan, pecahkan (Elicit-Confront-Resolve). Dalam model ini dalam fase pertama guru menggali respon siswa terhadap suatu situasi. Selanjutnya benturkan siswa dengan situasi yang bertentangan dengan keyakinan mereka. Dalam fase ini, jika prediksi mereka salah, maka mereka akan mengalami konflik kognitif antara prediksi dan pengalaman. Dengan demikian siswa memerlukan suatu pemahaman konsep baru dan termotivasi untuk memecahkan konflik tersebut.
Namun demikian, menurut beberapa penelitian pendidikan fisika, pendekatan seperti ini tidak selalu efektif dalam pembelajaran fisika. Penggunaan Modeling Method of Instruction menegaskan pernyataan ini. Pengujian dengan Force Concept Inventory untuk menilai keefektifan guru mencapai standar minimal performa pengajaran menunjukkan bahwa guru baru (novices modeler) yang menggunakan metode tersebut hanya mampu meningkatkan skor FCI siswanya sebesar 16%. Sedangkan guru ahli (experts modeler) dengan metode yang sama menghasilkan peningkatan lebih dari 40%.
Didasarkan pada pengalamannya bergaul dengan guru ahli (experts modeler) di Chicago ITQ Science Project, Wenning mengusulkan suatu pendekatan atau model baru dalam mengatasi konsepsi alternative dalam fisika yang dia sebut dengan model ECIRR (Elicit-Confront-Identify-Resolve-Reinforce), dapatkan-benturkan-identifikasi-pecahkan-kuatkan. Wenning menambahkan Identify dan Reinforce bagi pengembangan modelnya. Dia membahas pentingnya dua langkah yang dia masukkan melalui pendekatan psikologi kognitif.
Langkah identifikasi digunakan untuk menjadikan siswa sadar bahwa ada konsepsi alternative dalam diri mereka. Namun demikian, penyadaran ini tidak boleh dilakukan dengan mengatakan kepada mereka bahwa mereka salah. Langkah ini harus mengikuti langkah benturkan secara halus. Sedangkan langkah penguatan harus dilakukan secara berulang, setiap saat, dan dalam berbagai kondisi.
Pada bagian akhir, Wenning memberikan contoh bagaimana langkah-langkah ECIRR ini diterapkan dalam menanggulangi konsepsi alternative: tidak ada gaya gravitasi di ruang angkasa.

Komentar:
Dalam artikel ini penulis mengajukan sebuah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan untuk mengatasi masalah konsepsi alternatif, dan penelitiannya masih belum dilaksanakan. Oleh karena itu sangat memberi peluang bagi kita untuk menindaklanjuti temuan dalam artikel ini dan meneliti secara mendalam model ECIRR secara serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar